Manajemen,  Soft Skill

Belajar dari Kesuksesan Leicester City Menjuarai Premier League 2015-2016

Bulan Mei 2016 semua media massa mengangkat berita tentang Leicester City (dapet info kalau cara bacanya: ‘Lester City’), sebuah klub sepak bola yang bermain di Liga Inggris (Premier League). Leicester City baru pertama kali ini menjuarai Premier League, dari penantian selama 132 tahun (Leicester City berdiri tahun 1884, kemudian bergabung dalam Liga Inggris tahun 1894). Wow..

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari kesuksesan mereka dalam menjuarai Premier League tahun 2015-2016. Apalagi pelajaran tersebut dibumbui perbandingan nilai skuad Leicester City dengan tim-tim Premier League lainnya, seperti Manchester City, Arsenal, Tottenham Hotspur, dan Manchester United. Jika dibandingkan, nilai skuad Leicester City bisa menjadi sekitar 3-7 kali lipat nilai skuad yang lain. Memangnya berapa nilai skuad tersebut? Mari kita lihat dalam tabel berikut ini.

Peringkat Akhir
Klasmen
Nama Tim

Total Nilai Skuad
(satuan poundsterling: £)

1 Leicester City £54,4 juta
2 Arsenal £251,9 juta
3 Tottenham Hotspur £161,1 juta
4 Manchester City £418,8 juta
5/6
(belum bertanding)
Manchester United £328,5 juta

*sumber data:

1-goal.com
2-tribunnews.com

Mengapa nilai skuad yang menjadi perbandingan? Jawabannya bisa jadi seperti ini:

Jika kualitas seorang pemain direpresentasikan dengan harga/ nilai dalam satuan poundsterling, maka jika tim yang berinvestasi dengan sangat banyak terhadap pemainnya, bisa dikatakan kualitas tim dengan nilai skuad yang tinggi, diatas kertas memiliki skuad yang bagus.

Pelatih Leicester City, Claudio Ranieri, menyampaikan bahwa bukan uang yang membuat Leicester City hebat, tetapi Leicester City begitu perkasa karena saling percaya. Khusus bagi Ranieri, ini adalah gelar Liga pertama dia selama menjadi pelatih. Saluut..

Petikan-Ranieri
Petikan-Ranieri

Oke, mari kita fokus pada pembahasan pembelajaran dari kesuksesan Leicester City menjuarai Premier League dari berbagai sisi, terutama pendekatan kepemimpinan dan soft skill:

  1. Gaya kepemimpinan Ranieri
    Saya memang tidak mengetahui secara pasti gaya kepemimpinan apa yang digunakan Ranieri. Tapi jika menilai dari apa yang saya dapatkan dari yang ditampilkan di berbagai media, menurut saya Ranieri menerapkan gaya kepemimpinan leadership level 5 yang menggabungkan antara kerendahan hati dan profesionalisme. Setidaknya hal tersebut terlihat dari berbagai komentar yang dikeluarkan oleh Ranieri. Sepertinya setiap komentar yang saya dengar dari Ranieri menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang rendah hati.

    Pemimpin Level 5 mengkombinasikan antara pribadi rendah hati dan profesional. Pemimpin Level 5 memiliki ambisi tidak untuk dirinya, tetapi untuk organisasi. Mereka menyiapkan penggantinya untuk meraih sukses dengan lebih baik pada generasi berikutnya. Mereka menampilkan kesederhanaan yang menonjol dan bersahaja. Mereka didorong dan dipengaruhi dengan kebutuhan untuk menghasilkan hasil yang berkelanjutan. Mereka melakukan apa pun untuk membuat organisasi menjadi besar, tidak peduli sekeras apapun. Pemimpin Level 5 menampilkan kompetensi yang memadai. Pemimpin Level 5 mencari atribut yang menjadi faktor sukses di luar dari dirinya sendiri, bila ada sesuatu yang buruk, mereka akan bertanggung jawab penuh dan tidak membanggakan keberhasilan yang dicapai kemudian untuk hasil yang mengecewakan, orang lain disalahkan. Hal-hal yang sering merusak karakter pemimpin adalah adanya kecenderungan untuk memilih yang mempesona, orang yang terkenal, namun mengesampingkan pemimpin yang memiliki karakteristik Level 5.

  2. Saling percaya
    Kalimat tentang saling percaya ini sesuai dengan yang dituliskan pada paragraf sebelumnya. Kemudian penjelasan tentang kepercayaan (trust) dapat anda lihat pada tulisan saya sebelumnya, silakan klik link ini: silakan klik. Pada link tersebut Anda akan mendapatkan informasi bahwa setidaknya ada empat jenis kepercayaan.
  3. Kerja keras
    Sebuah kalimat yang pernah muncul dari Ranieri mengenai filosofi timnya, Ranieri menyampaikan bahwa tim ini tidak boleh berhenti berlari. Sangat jelas bahwa kerja keras menjadi salah satu pelajaran dari kesuksesan Leicester City.

Well, sepertinya banyak pelajaran yang bisa diambil dari kesuksesan Leicester City… Tapi, dari sudut pandang saya, sepertinya aspek soft skill yang paling dikedepankan oleh Leicester City.

Oke, terima kasih sudah mampir membaca…

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *