Belajar,  SDM

Tentang “memilih antara dua tim”

Selalu menyenangkan bila kita bisa bermain bersama dengan teman-teman. Ya, bersama teman-teman, teman yang sejati, karena hidup ini rasanya tidak berarti tanpa teman sejati. Namun, terkadang kita dihadapkan pada pilihan walaupun pilihan tersebut berpotensi menjadi apa yang disebut dengan “tirany of or”. Mengapa harus memilih kalau bisa mendapatkan semuanya. 😎

Kali ini saya ingin memfokuskan tulisan ini pada pilihan antara dua tim yang diasumsikan kita harus memilih. Baiklah, mari kita mulai.

Tim pertama adalah sebuah tim yang sebelum memulai pertandingan mereka sangat berbaur, penuh canda tawa, santai dan sangat yakin akan memenangi pertandingan. Ketika pertandingan berlangsung, selalu jelas perintah dari orang yang dianggap “sang kapten”, untuk mengarahkan bagaimana jalannya pertandingan sehingga bisa mencetak angka untuk meraih kemenangan. Jika berhasil mencetak angka mereka akan bersuka cita dengan kepercayaan diri yang lebih meningkat lagi. Ketika pertandingan sudah selesai dan dimenangi, mereka menikmati kemenangan tersebut bersama anggota tim yang lain, kepercayaan diri terus meningkat, tetapi terkadang cenderung meremehkan yang lain.

Lain halnya jika angka yang dicetak tertinggal dari tim lawan, apalagi sampai terjadi kekalahan. Maka yang terjadi adalah tetap memerintah dengan jelas namun cenderung menyalahkan dan menekan tim sendiri dan terlihat tidak ada lagi kenikmatan bermain dimana sudah tidak ada canda tawa, tidak ada lagi sikap rileks sehingga semua proses berlangsung tegang. Jika pada akhirnya tim ini benar-benar kalah, maka kemarahan masih meliputi, mencari kesalahan yang terjadi, mencoba memperbaikinya dan cenderung ingin bermain dengan anggota tim yang baru pada pertandingan berikutnya dibanding dengan anggota tim yang menelan kekalahan tadi. Canda tawa? jangan terlalu berharap dari tim ini.

Bagaimana dengan tim yang kedua?

Tim kedua adalah sebuah tim yang sebelum memulai pertandingan mereka sangat berbaur, penuh canda tawa, santai dan tidak terlalu yakin sepenuhnya akan memenangi pertandingan. Ketika pertandingan berlangsung, tidak terlalu banyak perintah dari orang yang dianggap “sang kapten” untuk mengarahkan bagaimana jalannya pertandingan karena “sang kapten” meyakini ada “ikatan antaranggota tim” yang saling memahami. Jika berhasil mencetak angka mereka akan bersuka cita dengan kepercayaan diri yang lebih meningkat lagi. Ketika pertandingan sudah selesai dan dimenangi, mereka menikmati kemenangan tersebut bersama anggota tim yang lain, kepercayaan diri terus meningkat, dan cenderung memotivasi dan mengapresiasi antaranggota tim.

Namun, jika angka yang dicetak tertinggal dari tim lawan, mereka selalu mencoba untuk tetap rileks dan menikmati pertandingan ditambah perintah yang lebih banyak dari sebelumnya dengan harapan “ikatan antaranggota tim” lebih meningkat lagi. Canda tawa pun tetap dipertahankan. Jika pada akhirnya tim ini benar-benar kalah, maka mereka akan menertawakan kekalahan mereka sendiri, mencoba untuk menikmati kekalahan dan mencari celah untuk memperbaiki hal-hal penyebab kekalahan tersebut. Canda tawa? ini bagian penting dari tim.

 

Apa pelajaran yang bisa kita petik dari tim pertama dan tim kedua? Sebelum menjawab ini, saya yakin setiap orang akan punya pendapat yang beragam, bahkan mungkin dilengkapi dengan asumsi yang beragam pula. Jadi, ini adalah pertanyaan yang harus dijawab dengan diskusi.

Jika Anda harus memilih, tim mana yang akan dipilih? Jika pertanyaan tersebut terlontar kepada saya, saya akan memilih tim kedua.

Baiklah, terima kasih sudah mau mampir dan membaca tulisan ini sampai selesai.

🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *